NAMA : DEWI PUSPITA NINGRUM
NIM : 1614015009
PRODI : SASTRA INDONESIAA
MATA KULIAH : PENGKAJIAN CERITA REKAAN INDONESIA
“Menganalisis cerpen Kunang-kunang dalam bir”
Struktural

Fakta Cerita Tema Tema Sarana Cerita
1. Alur 1. Judul
2. Karakter 2. Sudut Pandang
3. Konflik 3. Gaya Bahasa
4. Latar 4. Simbolik
5. Ironi
A. FAKTA CERITA
1. ALUR
Dalam cerpen kunang-kunang dalam bir menurut saya cerpen tersebut lebih menonjol kedlam alur mundur dimana tokoh ‘aku’ selalu mengingat kenangan-kenangan mersama kekasihnya di masa lalu.
Di kafe itu, ia meneguk kenangan. (parafraf 1)
Dulu, ketika dia masih mengenakan seragam putih abu-abu. Saat senyumnya masih seranum mangga muda. Dengan rambut tergerai hingga di atas buah dada. (parf 2)
|
2. KARAKTER
Karakter tokoh dia (laki-laki) Pemurung
“Waktu bisa mengubah dunia, tetapi waktu tak bisa mengubah perasaannya. Kenangannya. Itulah yang membuatnya selalu kembali ke kafe ini. Kafe yang seungguhnya telah banyak berubah. Meja dan kursinya tak lagi sama. Tetapi, segalanya masih terasa sama dalam kenangannya.”
|
Karakter tokoh ia (perempuan) Munafik
”Tapi aku tak pernah merindukanmu.” Dia tersenyum.
|
3. KONFLIK
Dalam Cerpen Kunang-kunang dalam bir konflik yang sering dialami ialah konflik fisik antara tokoh wanita dan laki-laki itu.
Ia tak menjawab. Tapi bergegas menciumnya. Rakus dan gugup.
|
4. LATAR
1 Latar Tempat
*Kafe
“Ia hendak melambai pada pelayan kafe, ingin kembali memesan segelas bir, ketika dilihatnya seekor kunang-kunang terbang melayang memasuki kafe.”
|
* Latar Waktu
Tengah Malam
“Malam makin mengendap. Tamu terakhir sudah pergi. Diam dan setengah mengantuk, para pelayan kafe membereskan kursi. Bartender merapikan gelas-gelas yang bergelantungan. Sebentar lagi penjaga malam akan menutup pintu.”
|
*Latar Sosial
Peminum
“Seperti malam-malam kemarin, barangkali gelas bir ini pun hanya akan menjadi gelas bir yang sia-sia jika yang ditunggu tidak juga tiba.”
|
B. TEMA
Percintaan dan Seksualitas
* Percintaan
“Saat itu ia yakin: ia tak mungkin bisa bahagia tanpa dia. ”Aku akan selalu mencintaimu, kekasihku….”
|
*Seksualitas
“Ia bersenandung sambil membuka satu per satu kancing seragam. Dia yang hanya memejam. Ia seperti melihat seekor kunang-kunang yang perlahan keluar dari kelopak matanya yang terpejam. Seperti ada kunang-kunang di keningnya. Di pipinya. Di hidungnya. Di bibirnya. Di mana-mana. Kamar penuh kunang- kunang beterbangan. Tapi tak ada satu pun kunang-kunang hinggap di dadanya pualam. Dada itu seperti menunggu kunang-kunang jantan.”
|
C. SARANA CERITA
1. JUDUL
(Kunang-Kunang Dalam Bir), menurut saya judul cerpen tersebut cukup rancu karena jika orang awam yang membaca dan menyimpulkan judul tersebut pasti yang ada dibenak mereka adalah minuman bir yang merupakan minuman keras serta memabukkan dan dilarang oleh agama. Memang ia meminum bir tersebut akan tetapi ia meminum bir tersebut karena warna bir tersebut selalu mengingatkan dengan warna kunang-kunang, jadi ia menyimbolkan bahwa bir merupakan sebuah kunang-kunang yang selalu mengingatkan pada wanita itu.
”Aku menyukai bir, seperti aku menyukai kunang-kunang,” ia berkata, setelah ciuman yang panjang. ”Warna bir selalu mengingatkanku pada cahaya kunang-kunang. Dan kunang-kunang selalu mengingatkanku kepadamu.”
|
2. SUDUT PANDANG
Sudut Pandang Campuran dimana dia memakai kata “aku” dan “dia”.
”Karena di dalam matamu seperti hidup ribuan kuang-kunang. Aku selalu membayangkan ribuan kunang-kunang itu berhamburan keluar dari matamu setiap kau merindukanku.”
Ia hanya selalu merasa gugup setiap kali nada suaranya terdengar mulai mendesaknya. Karena ia tahu, pada akhirnya, setelah percakapan dan ciuman, dia pasti akan bertanya: ”Apakah kau akan menikahiku?”
|
3. GAYA BAHASA (majas)
Cerpen Kunang-kunang dalam bir sangat jelas didalamnya meggunakan majas Hiperbola dan Simbolik. Dalam cerpen ini tokoh “ dia “ selalu melebih-lebihkan sesuatu ketika berbicara dan menyimbolkan wanita tersebut sebagai cahaya kunang-kunang yang amat indah.
* Hiperbola
”Karena di dalam matamu seperti hidup ribuan kuang-kunang. Aku selalu membayangkan ribuan kunang-kunang itu berhamburan keluar dari matamu setiap kau merindukanku.”
|
* Simbolik
”Warna bir selalu mengingatkanku pada cahaya kunang-kunang. Dan kunang-kunang selalu mengingatkanku kepadamu.”
|
Komentar
Posting Komentar